Saturday, October 15, 2011

PERANGKAT LUNAK OPEN SOURCE

anisatul khumaidah
 IF/C/2011
4.1 Sejarah singkat Gerakan FOSS
Gerakan FOSS boleh dikatakan dimulai sejak awal mula industri komputer, meskipun tidak
dinyatakan secara formal atau dengan konsep yang jelas. Hanya saja pada akhir 1970an
dan awal 1980an
terjadi konflik antara konsep saling berbagi perangkat lunak dengan
konsep perangkat lunak berpemilik (proprietary). Acuan awal konflik ini dibuat oleh
William H. Gates III (Bill Gates), dalam pernyataannya yang terkenal “An Open Letter to
Hobbyists” (Surat Terbuka kepada para Hobby). Dalam surat tertanggal 3 Februari 1976 itu
ia mencemooh budaya berbagi perangkat lunak yang telah umum berlaku:
Mengapa ini? Hobbyists harus hatihati,
sebagian besar Anda mencuri perangkat
lunak Anda. Perangkat keras harus dibeli, tetapi perangkat lunak menjadi sesuatu
untuk dibagi. Siapa yang mau peduli jika orang yang bekerja untuk itu mengambil
bayaran?
Perangkat lunak proprietary ingin mengambil kesempatan pada tahuntahun
berikutnya. Di
laboratorium kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) MIT pada awal 1980an,
sebuah
perusahaan bernama Symbolics didirikan, lalu mengambil kodekode
yang tersedia secara
bebas (bahasa pemrograman LISP) dan menjadikannya proprietary (tidak tersedia bebas
alias berpemilik). Dalam prosesnya, ini berarti menghapus budaya berbagi perangkat lunak
di laboratorium MIT saat itu. Namun, perusakan ini akhirnya akan menghasilkan kreasi
FSF dan budaya FOSS saat ini.
Richard Stallman, salah satu anggota laboratorium MIT saat itu, terkejut atas lanjutan
persitiwa tersebut. Ini kemudian membentuk pandangannya terhadapat perangkat lunak
proprietary, dan membangkitakan keinginannya untuk membuat sistem operasi yang free
(bebas). Projek GNU (GNU is Not UNIX) berdiri pada Januari 1984. Dalam dekade
berikutnya projek GNU menghasilkan berbagai program atau tool penting merupakan
bagian dari sistem operasi. Yayasan perangkat lunak bebas (FSF) didirikan setahun
kemudian untuk mempromosikan perangkat lunak dan projek GNU. Namun, hingga 1991
projek GNU belum menghasilkan sistem operasi lengkap karena masih ada kekurangan
pada bagian kritis, yaitu kernel.
Kernel merupakan inti atau jantung dari sistem operasi. Linus Torvalds yang saat itu
mahasiswa tahun kedua Universitas Helsinki membuat dan mendistribusikan kernel seperti
UNIX. Sejalan dengan tujuan pengembangan FOSS, kernel yang kemudian diberi nama
Linux itu tersebar secara luas, dikembangkan, dan diaplikasikan menjadi inti dari sistem
operasi GNU/Linux.
Ada beberapa projek FOSS yang sedang berjalan dalam waktu bersamaan, antara lain
server DNS BIND, bahasa pemrograman Perl, dan sistem operasi BSD. Sebagian besar
projek itu kemudian bergabung atau saling menguatkan.
Sistem operasi GNU/Linux terus tumbuh secara cepat dengan makin lengkap fitur dan
kemampuannya. Pada 1997, Linux meledak menjadi berita media, sesuai dengan perkiraan
IDC (International Data Corporartion) bahwa Linux telah menguasai 25% sistem operasi
server dan memiliki pertumbuhan 25% per tahun.
Pada 1998, sebagai tanggapan terhadap Netscape yang merilis kode sumber program
Netscape Navigator sebagai FOSS, sekelompok pengembang FOSS bergerak bersama dan
label “Open Source” digulirkan. Gerakan ini lalu membentuk OSI (Open Source Initiative)
dan OSD (Open Source Definition). Tujuan utama gerakan ini untuk mengajak dunia bisnis
memberi penekanan kepada proses pengembangan FOSS, dan mengalihkan perhatian dari
gerakan perangkat lunak bebas (Free Software) yang kontroversial saat itu.
Pada 1999, perusahaan distributor GNU/Linux Red Hat berhasil go public atau IPO (Initial
Public Offering) dengan meraup dana dari pasar saham senilai US$ 4,8 milyar (sekitar Rp
43 trilyun jika 1US$ = Rp 9.000,).
Sukses lain IPO perusahaan FOSS saat itu adalah VA Linux (US$ 7 milyar atau Rp 63
trilyun), Cobalt Networks (US$ 3,1 milyar atau Rp 28 trilyun), dan Andover.net (US$ 712
juta atau Rp 6,4 trilyun). Sebagai anak baru dari FOSS, kesuksesan GNU/Linux
menunjukkan bahwa era FOSS telah benarbenar
tiba.
VI. KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN FOSS
Di samping rendahnya biaya, ada beberapa alasan mengapa masyarakat, organisasi publik,
atau bisnis secara agresif mengadopsi FOSS, antara lain:
● Keamanan (Security)
● Ketersediaan/Kestabilan (Realibility/Stability)
● Standar terbuka dan tidak tergantung vendor
● Mengurangi ketergantungan terhadap impor
● Meningkatkan kemampuan mengembangkan perangkat lunak lokal
● Pembajakan, HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) dan WTO (World Trade
Organization)
● Bahasa dan budaya lokal (localization)
6.1 Keamanan (Security)
Meskipun tidak ada sistem operasi atau platform yang aman secara sempurna, faktorfaktor
seperti metoda pengembangan, arsitektur program, dan pasar target dapat berpengaruh
besar terhadap keamanan, dan konsekuensinya dapat berakibat lebih mudah ditembus atau
sebaliknya sulit ditembus. Ada beberapa indikator bahwa sistem FOSS memiliki nilai lebih
dalam hal keamanan dibandingkan sistem proprietary:
● Gartner Group merekomendasikan agar perusahaan bermigrasi dari server Microsoft
IIS (Internet Information Services) ke Apache atau server web lainnya, karena IIS
memiliki rekaman perjalanan keamanan yang buruk. Menurut Gartner Group, pada
Juli 2002, perusahaanperusahaan
di Amerika Serikat menghabiskan US$ 1,2 milyar
(sekitar Rp 18 trilyun) hanya untuk mengatasi kelemahan IIS terkait Code Red.
● “Jaminan Hacker” yang dikeluarkan J.S. Wuzler Underwriting Managers
membutuhkan biaya 5 hingga 15 persen lebih besar jika menggunakan MS Windows,
dibandingkan jika menggunakan sistem Linux/UNIX. Walter Kopf, senior vice
president of underwriting di J.S. Underwriting Managers berkata, “Kami telah
menemukan kemungkinan rugi lebih besar jika menggunakan sistem Windows NT.”
Aspek keamanan telah mendorong banyak organisasi publik untuk bermigrasi, atau
mempertimbangkan untuk migrasi, dari Windows ke solusi FOSS. Lembaga pajak dan
kepabeaan Perancis migrasi ke Red Hat Linux secara besarbesaran
karena alasan
keamanan ini.
Tiga hal yang sering dijadikan alasan bahwa FOSS lebih aman:
● Ketersediaan kode sumber (open source).
● Lebih fokus kepada keamanan (security) daripada keindahan (user friendly).
● Roots: Sebagian besar sistem FOSS berbasis multi user dan UNIX yang siap untuk jaringan.

VII. KELEMAHAN FOSS
Dengan berbagai kelebihannya, FOSS saat ini belum tentu cocok untuk semua keadaan.
Ada beberapa bidang yang masih membutuhkan penyempurnaan produk FOSS.
7.1 Aplikasi Bisnis belum lengkap
Meskipun saat ini telah terdapat banyak projek FOSS dalam berbagai tingkatan
pengembangan, tetap masih ada bidang yang belum tersedia produk dengan fitur lengkap,
khususnya di dunia bisnis. Rilis produk ERP (Enterprise Resource Planning) seperti SAP
dan Peoplesoft telah membantu pasar aplikasi highend,
tetapi pasar bisnis kecil dan
menengah atau SME (Small and Medium Enterprise) masih kurang dilayani. Sebagai
contoh, aplikasi akuntansi popular di Windows seperti Quickbooks, Peachtree, atau Great
Plains belum memiliki penggantinya di Linux.
Masalah itu muncul karena sangat sedikit orang yang menguasai dua bidang teknis dan
bisnis sekaligus. Para pengembang teknis lah yang telah memulai hampir semua projek
FOSS saat ini untuk menyelesaikan masalah dan menulis program untuk memenuhi
keingintahuannya (scratch an itch). Projekprojek
ini secara alami biasanya lebih mengarah
pengembangan aplikasi teknis, seperti server web, bahasa pemrograman, dan aplikasi atau
tool untuk jaringan. Sangat jarang pengembang software menghadapi masalah akuntansi,
misalnya, pada saat yang sama ingin mendapatkan pengetahuan bisnis untuk menghasilkan
solusi teknis.
7.2 Interoperabilitas dengan Sistem Proprietary
Sistem FOSS, khususnya untuk desktop, tidak sepenuhnya kompatibel dengan sistem
proprietary. Bagi organisasi yang telah berinvestasi secara besarbesaran
pada software
proprietary dan format penyimpanan data, mencoba mengintegrasikannya solusi FOSS
dapat menjadi pilihan yang mahal. Mengubah standar proprietary akan membuat lebih
buruk persoalan ini, karena standar proprietary sering tidak ditujukan untuk berintegrasi
dengan solusi alternatif.
Pada saatnya, seiring dengan pergeseran organisasi dari menggunakan standar proprietary
ke standar terbuka, masalah seperti itu harus dikurangi.
7.3 Dokumentasi dan Tampilan
Sistem atau aplikasi FOSS yang telah ada saat ini masih banyak yang lemah dalam hal
kelengkapan dokumentasi dan kemudahan bagi pengguna (userfriendliness),
dibandingkan
dengan yang ditemukan dalam program proprietary.
I. APA ITU FREE/OPEN SOURCE SOFTWARE?
Menurut David Wheeler, secara umum program yang dinamakan free software (perangkat
lunak bebas) atau open source software (perangkat lunak sumber terbuka) adalah program
yang lisensinya memberi kebebasan kepada pengguna menjalankan program untuk apa
saja, mempelajari dan memodifikasi program, dan mendistribusikan penggandaan program
asli atau yang sudah dimodifikasi tanpa harus membayar royalti kepada pengembang
sebelumnya. (Sumber: http://www.dwheeler.com/off_fs_why.html).
Free/Open Source Software (FOSS) atau perangkat lunak bebas dan open source (PLBOS)
telah menjadi sebuah fenomena internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, FOSS
mengalami perubahan besar dari sebuah kata yang relatif tidak dikenal menjadi sebuah
kata popular terbaru. Namun, istilah FOSS tetap belum mudah dipahami mengingat FOSS
merupakan konsep baru, misalnya apa saja pengertian FOSS dan apa saja cabang atau
jenisjenisnya.
Babbab
selanjutnya berikut ini memberikan penjelasan yang baik tentang fenomena
FOSS, filosofinya, perbedaannya dengan program yang bukan FOSS, dan metoda
pengembangannya.

No comments:

Post a Comment